Jumat, 26 Februari 2010

Proposal Proyek

Proposal Proyek

Rabu, 24 Februari 2010

tugas individu 2


INOVASI DALAM BELAJAR

A. latar belakang

Zaman sekarang ini teknologi semakin berkembang. Banyak inovasi-inovasi baru yang bertujuan untuk memudahkan manusia dalam melakukan aktivitasnya. Adapun inovasi sendiri bisa dikatakan juga sebagai pembaruan. Banyak pembaruan-pembaruan teknologi yang terus dikembangkan. Terutama dibidang pendidikan. Bahkan, di generasi yang akan datang direncanakan program berupa ubiquitous computing. Yakni program yang menekankan pada distribusi komputer ke lingkungan, ketimbang ke personal. Dalam lingkungan ini, teknologilah yang akan menjadi latar belakangnya (weiser,2001). Singkatnya, ubiquitous computing akan berupa dunia pasca-PC. Ini memudahkan murid untuk membawa perangkat informasi personal ke lapangan untuk membantu mengerjakan suatu tugas.

Adapun penggunaan teknologi dalam pendidikan berkembang melalui 3 tahap, yaitu:

1. Penggunaan Audio Visual Aid (AVA)

Audio Visual AID ialah alat bantu berbentuk audio (memanfaatkan pendengaran) dan visual (memanfaatkan penglihatan) dikelas untuk menyampaikan materi pembelajaran.

2. Penggunaan materi-materi berprogram

Materi pembelajaran merupakan materi pembelajaran yang diambil dari Subject Matter. Materi pembelajaran ini dipecah ke dalam unit kecil, selanjutnya diprogram sesuai dengan perangkat yang digunakan.

3. Penggunaan komputer dalam pendidikan

Perkembangan teknologi telah mengubah masyarakat dari industri menjadi informasi, ditandai dengan tumbuh-kembangnya masyarakat berpendidikan yang berbasis teknologi informasi atau komputer baik dari segi Software (perangkat lunak) maupun Hardware (perangkat keras).

B. pembelajaran dengan e-learning

e-learning merupakan proses belajar dengan menggunakan internet sebagai media

belajarnya. Dengan metode e-learning ini Pengajar tidak perlu berada dalam satu tempat dengan muridnya. Pengajar cukup memberikan bahan ajarnya dengan cara mengupload bahan ajar tersebut. Dan para murid cukup mempelajarinya dengan membuka situs e-learning tersebut. Dengan adanya metode e-learning ini pelajar dapat belajar secara aktif. Lalu Dengan teknologi yang semakin canggih maka minat pelajar dalam proses belajar semakin menarik dan atraktif.Dan dengan ini dapat mengembangkan kreativitas-kreativitas pelajar dalam membuat karyanya.Hal ini merupakan suatu inovasi yang menarik perhatian dunia pendidikan.

Adapun Bates and Wulf (1996 ) mengemukakan kelebihan e-learning sebagai berikut:
.1. Meningkatkan interaksi pembelajaran
.2. Mempermudah interaksi pembelajaran
3. Memiliki jangkauan yang lebih luas
4. Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran


24 febuari 2010

Referensi

→Santrock, John W. Psikologi Pendidikan, Edisi Kedua. Jakarta: Kencana. 2008
→ Munir, M.IT. Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Ba

→ http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran_elektronik

Rabu, 10 Februari 2010

INTERNET SEBAGAI SARANA BELAJAR ; Tugas 1

A. Apa itu Internet?

Ketika kita ditanya apa itu internet? Tentu kita akan menjawab bahwa internet adalah kumpulan dari jutaan komputer diseluruh dunia yang terkoneksi antara yang satu dengan yang lain. Itulah definisi dari internet. Sekarang ini jumlah pengguna internet semakin lama semakin besar. Bisa dibilang internet adalah awal dari kemajuannya teknologi sekarang ini. Orang-orang beralih dari mesin ketik ke komputer. Karena komputer lebih praktis dan mudah dalam pengerjaannya. Di tambah lagi dengan adanya internet yang semakin memudahkan penggunanya dalam mencari informasi. Bisa dibilang internet adalah simbol kemajuannya teknologi sekarang ini. Ini dapat dibuktikan internet sudah mewabah disegala penjuru dunia.

Semua kalangan menggunakan media ini sebagai kebutuhannya. Termasuk juga dari kalangan pelajar. Orang-orang berbondong-bondong belajar untuk membuat teknologi agar memudahkan manusia dalam mengerjakan setiap aktivitasnya.

Mungkin ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Arden N. Frandsen, bahwa ada beberapa hal yang mendorong seseorang untuk belajar diantaranya :

1. Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas ;

2. Adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk selalu maju ;

3. Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagala yang lalu dengan usaha yag baru, baik dengan koperasi maupun kompetisi ;

4. Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran ;

5. Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir daripada belajar. ( Frandsen, 1961, p. 216 ).

B. Perlukah internet digunakan sebagai sarana belajar?

Sebenarnya internet sangat diperlukan dalam dunia pendidikan. Karena dengan adanya internet pelajar dapat dengan mudah mencari informasi. Apalagi dengan zaman yang sekarang ini.mau tidak mau kita harus mengikuti arus global sekarang ini. Apalagi dengan adanya internet mampu merangsang pelajar dalam belajar. Internet dapat mempengaruhi rangsangan pelajar untuk lebih giat lagi dalam belajar. Menurut saya, penggunaan media yang seperti di sebut di atas sangat bagus, kita merasa tidak bosan dengan materi pelajaran dan bahkan itu bisa merangsang daya pikir kita. Cara belajar seperti semestinya sudah bisa merata, tidak hanya di Perguruan Tinggi tetapi juga harus ke tingkat sekolah menengah. Apalagi jika dapat diterapkan di sekolah tingkat awal, cara tersebut akan mampu membangkitkan motivasi dan merangsang untuk belajar.

Namun perlu ditegaskan sekali lagi bahwa semua itu hanyalah teknologi pendidikan yang merupakan sebagai media untuk membantu kita mencapai tujuan belajar. Hal yang terpenting adalah kembali kepada diri kita masing-masing. Seberapa besar kemauan kita untuk belajar, itu sebenarnya yang menjadi kunci keberhasilan kita dalam belajar. Bukan terletak pada kecanggihan atau kelengkapan media, teknologi pendidikan merupakan sarana pendukung bagi tercapainya tujuan belajar kita.


berdasarkan pengalaman yang telah saya alami, bahwa pengunaan internet dalam pendidikan sangat membantu para pelajar dalam mencari informasi tentang pelajaran. ini sebenarnya sering terjadi pada saya baik itu ketika masa SMA dulu maupun ketika kuliah ini. saya sering menggunakan internet sebagai bahan saya dalam mencari tugas-tugas yang diberikan oleh dosen. yang mana ini sangat membantu saya. jadi, kesimpulannya internet sangat dibutuhkan oleh setiap orang baik pelajar maupun karyawan. tergantung pemakainya juga. apakah digunakan untuk hal-hal yang baik ataupun untuk hal-hal yang buruk.

Senin, 08 Februari 2010

Mendorong Tindakan Belajar

Pada umumnya orang beranggapan bahwa pendidik adalah sosok yang memiliki sejumlah besar pengetahuan tertentu, dan berkewajiban menyebarluaskannya kepada orang lain. Demikian juga, subjek didik sering dipersepsikan sebagai sosok yang bertugas mengkonsumsi informasi-informasi dan pengetahuan yang disampaikan pendidik. Semakin banyak informasi pengetahuan yang mereka serap atau simpan semakin baik nilai yang mereka peroleh, dan akan semakin besar pula pengakuan yag mereka dapatkan sebagai individu terdidik.

Anggapan-anggapan seperti ini, meskipun sudah berusia cukup tua, tidak dapat dipertahankan lagi. Fungsi pendidik menjejalkan informasi pengetahuan sebanyak-banyakya kepada subjek didik dan fungsi subjek didik menyerap dan mengingat-ingat keseluruhan informasi itu, semakin tidak relevan lagi mengingat bahwa pengetahuan itu sendiri adalah sesuatu yang dinamis dan tidak terbatas. Dengan kata lain, pengetahuan-pengetahuan (yang dalam perasaan dan pikiran manusia dapat dihimpun) hanya bersifat sementara dan berubah-ubah, tidak mutlak (Goble, 1987 : 46). Gugus pengetahuan yang dikuasai dan disebarluaskan saat ini, secara relatif, mungkin hanya berfungsi untuk saat ini, dan tidak untuk masa lima hingga sepuluh tahun ke depan. Karena itu, tidak banyak artinya menjejalkan informasi pengetahuan kepada subjek didik, apalagi bila hal itu terlepas dari konteks pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari.

Namun demikian bukan berarti fungsi traidisional pendidik untuk menyebarkan informasi pengetahuan harus dipupuskan sama sekali. Fungsi ini, dalam batas-batas tertentu, perlu dipertahankan, tetapi harus dikombinasikan dengan fungsi-fungsi sosial yang lebih luas, yakni membantu subjek didik untuk memadukan informasi-informasi yang terpecah-pecah dan tersebar ke dalam satu falsafah yang utuh. Dengan kata lain dapat diungkapkan bahwa menjadi seorang pendidik dewasa ini berarti juga menjadi “penengah” di dalam perjumpaan antara subjek didik dengan himpunan informasi faktual yang setiap hari mengepung kehidupan mereka.

Sebagai penengah, pendidik harus mengetahui dimana letak sumber-sumber informasi pengetahuan tertentu dan mengatur mekanisme perolehannya apabila sewaktu-waktu diperlukan oleh subjek didik.Dengan perolehan informasi pengetahuan tersebut, pendidik membantu subjek didik untuk mengembangkan kemampuannya mereaksi dunia sekitarnya. Pada momentum inilah tindakan belajar dalam pengertian yang sesungguhya terjadi, yakni ketika subjek didik belajar mengkaji kemampuannya secara realistis dan menerapkannya untuk mencapai kebutuhan-kebutuhannya.

Dari deskripsi di atas terlihat bahwa indikator dari satu tindakan belajar yang berhasil adalah : bila subjek didik telah mengembangkan kemampuannya sendiri. Lebih jauh lagi, bila subjek didik berhasil menemukan dirinya sendiri ; menjadi dirinya sendiri. Faure (1972) menyebutnya sebagai “learning to be”.

Adalah tugas pendidik untuk menciptakan kondisi yang kondusif bagi berlangsungnya tindakan belajar secara efektif. Kondisi yang kondusif itu tentu lebih dari sekedar memberikan penjelasan tentang hal-hal yang termuat di dalam buku teks, melainkan mendorong, memberikan inspirasi, memberikan motif-motif dan membantu subjek didik dalam upaya mereka mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan (Whiteherington, 1982:77). Inilah fungsi motivator, inspirator dan fasilitator dari seorang pendidik.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar

Agar fungsi pendidik sebagai motivator, inspirator dan fasilitator dapat dilakonkan dengan baik, maka pendidik perlu memahami faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar subjek didik. Faktor-faktor itu lazim dikelompokkan atas dua bahagian, masing-masing faktor fisiologis dan faktor psikologis (Depdikbud, 1985 :11).

1. Faktor Fisiologis

Faktor-faktor fisiologis ini mencakup faktor material pembelajaran, faktor lingkungan, faktor instrumental dan faktor kondisi individual subjek didik.Material pembelajaran turut menentukan bagaimana proses dan hasil belajar yang akan dicapai subjek didik. Karena itu, penting bagi pendidik untuk mempertimbangkan kesesuaian material pembelajaran dengan tingkat kemampuan subjek didik ; juga melakukan gradasi material pembelajaran dari tingkat yang paling sederhana ke tingkat lebih kompeks.

Faktor lingkungan, yang meliputi lingkungan alam dan lingkungan sosial, juga perlu mendapat perhatian. Belajar dalam kondisi alam yang segar selalu lebih efektif dari pada sebaliknya. Demikian pula, belajar padapagi hari selalu memberikan hasil yang lebih baik dari pada sore hari. Sementara itu, lingkungan sosial yang hiruk pikuk, terlalu ramai, juga kurang kondisif bagi proses dan pencapaian hasil belajar yang optimal.

Yang tak kalah pentingnya untuk dipahami adalah faktor-faktor instrumental, baik yang tergolong perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software). Perangkat keras seperti perlangkapan belajar, alat praktikum, buku teks dan sebagainya sangat berperan sebagai sarana pencapaian tujuan belajar. Karenanya, pendidik harus memahami dan mampu mendayagunakan faktor-faktor instrumental ini seoptimal mungkin demi efektifitas pencapaian tujuan-tujuan belajar.

Faktor fisiologis lainnya yang berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar adalah kondisi individual subjek didik sendiri. Termasuk ke dalam faktor ini adalah kesegaran jasmani dan kesehatan indra. Subjek didik yang berada dalam kondisi jasmani yang kurang segar tidak akan memiliki kesiapan yang memadai untuk memulai tindakan belajar.

2. Faktor Psikologis

Faktor-faktor psikologis yang berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar

jumlahnya banyak sekali, dan masing-masingnya tidak dapat dibahas secara

terpisah.

Perilaku individu, termasuk perilaku belajar, merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas yang lahir sebagai hasil akhir saling pengaruh antara berbagai gejala, seperti perhatian, pengamatan, ingatan, pikiran dan motif.

2.1. Perhatian

Tentulah dapat diterima bahwa subjek didik yang memberikan perhatian intensif dalam belajar akan memetik hasil yang lebih baik. Perhatian intensif ditandai oleh besarnya kesadaran yang menyertai aktivitas belajar. Perhatian intensif subjek didik ini dapat dieksloatasi sedemikian rupa melalui strategi pembelajaran tertentu, seperti menyediakan material pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan subjek didik, menyajikan material pembelajaran dengan teknik-teknik yang bervariasi dan kreatif, seperti bermain peran (role playing), debat dan sebagainya.

Strategi pemebelajaran seperti ini juga dapat memancing perhatian yang spontan dari subjek didik. Perhatian yang spontan dimaksudkan adalah perhatian yang tidak disengaja, alamiah, yang muncul dari dorongan-dorongan instingtif untuk mengetahui sesuatu, seperti kecendrungan untuk mengetahui apa yang terjadi di sebalik keributan di samping rumah, dan lain-lain. Beberapa hasil penelitian psikologi menunjukkan bahwa perhatian spontan cendrung menghasilkan ingatan yang lebih lama dan intensif dari pada perhatian yang disengaja.

2.2. Pengamatan

Pengamatan adalah cara pengenalan dunia oleh subjek didik melalui penglihatan, pendengaran, perabaan, pembauan dan pengecapan. Pengamatan merupakan gerbang bai masuknya pengaruh dari luar ke dalam individu subjek didik, dan karena itu pengamatan penting artinya bagi pembelajaran.

Untuk kepentingan pengaturan proses pembelajaran, para pendidik perlu memahami keseluruhan modalitas pengamatan tersebut, dan menetapkan secara analitis manakah di antara unsur-unsur modalitas pengamatan itu yang paling dominan peranannya dalam proses belajar. Kalangan psikologi tampaknya menyepakati bahwa unsur lainnya dalam proses belajar. Dengan kata lain, perolehan informasi pengetahuan oleh subjek didik lebih banyak dilakukan melalui penglihatan dan pendengaran.

Jika demikian, para pendidik perlu mempertimbangkan penampilan alat-alat peraga di dalam penyajian material pembelajaran yang dapat merangsang optimalisasi daya penglihatan dan pendengaran subjek didik. Alat peraga yang dapat digunakan, umpamanya ; bagan, chart, rekaman, slide dan sebagainya.

2.3. Ingatan

Secara teoritis, ada 3 aspek yang berkaitan dengan berfungsinya ingatan, yakni (1) menerima kesan, (2) menyimpan kesan, dan (3) memproduksi kesan. Mungkin karena fungsi-fungsi inilah, istilah “ingatan” selalu didefinisikan sebagai kecakapan untuk menerima, menyimpan dan mereproduksi kesan.

Kecakapan merima kesan sangat sentral peranannya dalam belajar. Melalui kecakapan inilah, subjek didik mampu mengingat hal-hal yang dipelajarinya.

Dalam konteks pembelajaran, kecakapan ini dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya teknik pembelajaran yang digunakan pendidik. Teknik pembelajaran yang disertai dengan penampilan bagan, ikhtisar dan sebagainya kesannya akan lebih dalam pada subjek didik. Di samping itu, pengembangan teknik pembelajaran yang mendayagunakan “titian ingatan” juga lebih mengesankan bagi subjek didik, terutama untuk material pembelajaran berupa rumus-rumus atau urutan-urutan lambang tertentu. Contoh kasus yang menarik adalah mengingat nama-nama kunci nada g (gudeg), d (dan), a (ayam), b (bebek) dan sebagainya.

Hal lain dari ingatan adalah kemampuan menyimpan kesan atau mengingat. Kemampuan ini tidak sama kualitasnya pada setiap subjek didik. Namun demikian, ada hal yang umum terjadi pada siapapun juga : bahwa segera setelah seseorang selesai melakukan tindakan belajar, proses melupakan akan terjadi. Hal-hal yang dilupakan pada awalnya berakumulasi dengan cepat, lalu kemudian berlangsung semakin lamban, dan akhirnya sebagian hal akan tersisa dan tersimpan dalam ingatan untuk waktu yang relatif lama.

Untuk mencapai proporsi yang memadai untuk diingat, menurut kalangan psikolog pendidikan, subjek didik harus mengulang-ulang hal yang dipelajari dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama. Implikasi pandangan ini dalam proses pembelajaran sedemikian rupa sehingga memungkinkan bagi subjek didik untuk mengulang atau mengingat kembali material pembelajaran yang telah dipelajarinya. Hal ini, misalnya, dapat dilakukan melalui pemberian tes setelah satu submaterial pembelajaran selesai.

Kemampuan resroduksi, yakni pengaktifan atau prosesproduksi ulang hal-hal yang telah dipelajari, tidak kalah menariknya untuk diperhatikan. Bagaimanapun, hal-hal yang telah dipelajari, suatu saat, harus diproduksi untuk memenuhi kebutuhan tertentu subjek didik, misalnya kebutuhan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam ujian ; atau untuk merespons tantangan-tangan dunia sekitar.

Pendidik dapat mempertajam kemampuan subjek didik dalam hal ini melalui pemberian tugas-tugas mengikhtisarkan material pembelajaran yang telah diberikan.

2.4. Berfikir

Definisi yang paling umum dari berfikir adalah berkembangnya ide dan konsep (Bochenski, dalam Suriasumantri (ed), 1983:52) di dalam diri seseorang. Perkembangan ide dan konsep ini berlangsung melalui proses penjalinan hubungan antara bagian-bagian informasi yang tersimpan di dalam didi seseorang yang berupa pengertian-perngertian. Dari gambaran ini dapat dilihat bahwa berfikir pada dasarnya adalah proses psikologis dengan tahapan-tahapan berikut : (1) pembentukan pengertian, (2) penjalinan pengertian-pengertian, dan (3) penarikan kesimpulan.

Kemampuan berfikir pada manusia alamiah sifatnya. Manusia yang lahir dalam keadaan normal akan dengan sendirinya memiliki kemampuan ini dengan tingkat yang reletif berbeda. Jika demikian, yang perlu diupayakan dalam proses pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan ini, dan bukannya melemahkannya. Para pendidik yang memiliki kecendrungan untuk memberikan penjelasan yang “selengkapnya” tentang satu material pembelajaran akan cendrung melemahkan kemampuan subjek didik untuk berfikir. Sebaliknya, para pendidik yang lebih memusatkan pembelajarannya pada pemberian pengertian-pengertian atau konsep-konsep kunci yang fungsional akan mendorong subjek didiknya mengembangkan kemampuan berfikir mereka. Pembelajaran seperti ni akan menghadirkan tentangan psikologi bagi subjek didik untuk merumuskan kesimpulan-kesimpulannya secara mandiri.

2.5. Motif

Motif adalah keadaan dalam diri subjek didik yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu. Motif boleh jadi timbul dari rangsangan luar, seperti pemberian hadiah bila seseorang dapat menyelesaikan satu tugas dengan baik. Motif semacam ini sering disebut motif ekstrensik. Tetapi tidak jarang pula motif tumbuh di dalam diri subjek didik sendiri yang disebut motif intrinsik. Misalnya, seorang subjek didik gemar membaca karena dia memang ingin mengetahui lebih dalam tentang sesuatu.

Dalam konteks belajar, motif intrinsik tentu selalu lebih baik, dan biasanya berjangka panjang. Tetapi dalam keadaan motif intrinsik tidak cukup potensial pada subjek didik, pendidik perlu menyiasati hadirnya motif-motif ekstrinsik. Motif ini, umpamanya, bisa dihadirkan melalui penciptaan suasana kompetitif di antara individu maupun kelompok subjek didik. Suasana ini akan mendorong subjek didik untuk berjuang atau berlomba melebihi yang lain.Namun demikian, pendidik harus memonitor suasana ini secara ketat agar tidak mengarah kepada hal-hal yang negatif.

Motif ekstrinsik bisa juga dihadirkan melalui siasat “self competition”, yakni menghadirkan grafik prestasi individual subjek didik.Melalui grafik ini, setiap subjek didik dapat melihat kemajuan-kemajuannya sendiri. Dan sekaligus membandingkannya dengan kemajuan yang dicapai teman-temannya.Dengan melihat grafik ini, subjek didik akan terdorong untuk meningkatkan prestasinya supaya tidak berada di bawah prestasi orang lain.

Minggu, 07 Februari 2010

Tugas Diskusi Kelompok

Tugas Diskusi Kelompok 1


Bagaimana pandangan dan penilaian kelompok anda sehubungan dengan kewajiban setiap mahasiswa yang mengikuti mata kuliah psikologi pendidikan 3 sks tahun ajaran 2009/2010, harus memiliki email dan blog ditinjau dari uraian psikologi pendidikan dan fenomena pendidikan di Indonesia, Medan khususnya.

Menurut kelompok kami, suatu kemajuan besar yang dapat dicapai dari kewajiban yang secara tersurat diberikan kepada para mahasiswa pada tahun ajaran 2009/2010. Karena apa? Di dalam kewajiban tersebut terletak unsur yang lebih maju dan nilai pendidikan yang lebih tinggi. Karena, selain meningkatkan pengetahuan di bidang psikologi pendidikan, di lain pihak, kita juga meningkatkan pengetahuan di bidang ICT (Information, Comunication and Technology).
Selain itu, secara garis besar, para mahasiswa belajar untuk lebih menghargai alam, karena sudah pasti dengan adanya kewajiban ini, pengurangan penumpukan kertas akan lebih menurun. Bukankah hal ini bisa dijadikan sebagai pembekalan awal untuk meraih prestasi yang lebih besar?
Kewajiban ini juga bisa dilihat dari efisiensi kerja, termasuk efisiensi waktu. Tugas juga bisa dikerjakan lebih ringan, karena bisa dikerjakan kapanpun kita inginkan, misalnya, bisa dikerjakan disela-sela makan siang. Selain itu, metode pengajaran tidak harus selalu tatap muka, karena dengan tidak harus tatap muka, mahasiswa juga bisa mendapat informasi mengenai pembelajaran. Suatu pembelajaran akan lebih menarik dan mengesankan, ketika pembelajaran itu juga mengikuti perkembangan zaman, sehingga tidak tertinggal dengan pembelajaran dari negara lain.
Kewajiban ini memberikan pengetahuan baru, berupa penggunaan blog dan email. Secara tidak langsung, mata kuliah ini memaksa mahasiswa-nya untuk bergerak di bidang teknologi. Dengan adanya blog, para mahasiswa mampu terinspirasi dari berbagai hal, dan bisa mendapatkan pembelajaran melalui berbagai sumber, tidak hanya tergantung dari waktu pertemuan di kampus. Para mahasiswa diarahkan untuk mampu mencari ilmu dengan kemampuannya sendiri, tidak hanya didapatkan dari sang dosen. Yaitu dengan cara browsing di internet. Selain itu, blog mampu menjadi wadah publikasi kreatifitas mahasiswa, karena lewat blog itu para mahasiswa tidak hanya menjadi peserta didik saja tetapi juga menjadi sumber info bagi orang lain yang melihat isi blog tersebut dan hal ini juga bisa menginspirasi orang lain. Bisa jadi ini juga menjadi sumber inspirasi bagi dosen-dosen mata kuliah atau fakultas lain untuk menerapkan sistem perkuliahan seperti ini.
Selain blog memberikan manfaat bagi seseorang, blog juga memberikan dampak negatif bagi orang yang mengggunakannya. Adapun dampak negatif itu misalnya seperti menjadikan blog itu sebagai media untuk menjatuhkan seseorang ataupun mengkritik seseorang. Dengan adanya blog, seseorang dapat membuat posting yang isinya dapat menjatuhkan orang lain. Hal inilah yang merupakan salah satu dampak negatif dari nge-blog, karena tidak seorang pun bisa menjamin seseorang untuk selalu mem-posting hal-hal yang positif. Namun demikian, hal ini kembali kepada diri setiap individu. Tetapi kami yakin, mahasiswa psikologi tidak akan melakukan hal yang negatif seperti itu.
Selain itu, ada pula hal negatif lainnya dari blog, salah satunya adalah kita lupa waktu karena asyik dengan blog. Bisa saja karena keasyikan internetan, membuat lupa dengan tujuan awal. Yang awalnya, hanya berniat untuk membuat tugas namun bisa beralih menjadi hal yang lain, seperti ”mumpung lagi gak ada ide, buka facebook dulu ahh..” atau ”aduh, mumpung lagi ingat download lagu bentar ahh, kan cuma sebentar.”
Selain itu, hal ini juga sulit bagi mereka yang kurang mampu, karena tidak semua mahasiswa memiliki komputer pribadi. Mereka harus berulang kali ke warnet, apalagi jika ada tugas mendadak. Jadi, bagi mereka yang tidak mempunyai komputer pribadi tidak bisa memaksimalkan kewajibannya karena terikat dengan waktu.
Secara keseluruhan, dapat dilihat bahwa suatu pengambilan kebijakan khususnya dalam pengambilan metode dalam pembelajaran, ada dampak positif dan negatifnya. Para mahasiswa harus mampu memilah kewajiban mereka agar tidak terjerat dalam hal yang ’berlebih-lebihan’. Karena ketika seseorang itu terikat di dalam suatu hal yang berlebihan ataupun kekurangan, akan mengubah kestabilan para mahasiswa dalam memanage waktu.
Dengan demikian, suatu kebijakan akan berjalan mulus jika setiap pihak di dalamnya bergerak sesuai sistem yang berlaku, jangan terlalu berlebihan, ataupun kurang. Karena, ketika individu itu memberlakukan hal positif dalam kebijakan tersebut, maka kebikan itu bisa menjadi media yang sangat bermanfaat bagi orang lain dan diri individu itu sendiri. Tergantung dari penggunaan individu itu sendiri, apakah secara berlebih-lebihan atau sewajarnya.

Terima kasih, semoga bermanfaat.... (^_^)


Kelompok V

09-014 Rafita Attia
09-032 Imam Damara
09-034 Bobby Kurniawan
09-050 Utami Nurhafsari Putri
09-066 Rahmi Zuraida