Tugas I
1.
Sebagai kerangka riset. Dalam hal ini, pengalaman yang saya dapat
berdasarkan teori ini adalah ketika dalam suatu diskusi pengerjaan tugas
kelompok. Harus diakui menggabungkan beberapa pemikiran yang berbeda merupakan
hal yang kompleks. Salah satu teman memiliki argumen yang berbeda dengan yang
lainnya. Cara dia mempresentasikan pengetahuannya tentang lokasi riset yang
dipilih sangat luar biasa. Beberapa teman kelompok manggut-manggut mendengar
penjelasannya. Namun, tidak semua dari kami yang setuju dengan pendapatnya. Hal
ini dikarenakan, sebagian dari kami yang kontra dengannya sudah paham betul
tentang lokasi yang dibicarakannya. Sehingga kami sudah memiliki pandangan bahwasanya
lokasi riset yang ditawarnya sangat tidak sesuai dengan tugas riset yang akan
dikerjakan nantinya.
2. Memberikan kerangka organisasi untuk item-item
informasi. Dalam suatu
perekrutan, setiap organisasi wajib melampirkan informasi mengenai departemen-departemen
yang ada dalam suatu organisasi tersebut. Informasi yang disampaikan haruslah
jelas dan spesifik. Sehingga bagi mereka yang ingin bergabung sudah menentukan
departemen mana yang akan dipilihnya ketika berada di organisasi tersebut.
FORMASI, sebagai salah satunya, juga membuat informasi tentang departemen yang
dimiliki kepada mahasiswa-mahasiswa yang tertarik bergabung.
3. Mengidentifikasi sifat dari peristiwa yang kompleks
atau kabur. Dalam suatu diskusi,
saya dan teman-teman sering berargumen tentang penjelasan salah seorang dosen
yang sedikit kurang jelas dalam
penyampaiannya. Sehingga kami berargumen berdasarkan kesimpulan masing-masing. Tentu
dalam hal ini, setiap orang memiliki pendapat yang berbeda dan tidak ada yang
salah pastinya. Karena berdasarkan interpretasi masing-masing individu. Sehingga
pada akhirnya kami mencapai kesepakatan untuk bertanya langsung kepada sumber
informasi (dosen) mengenai hal tersebut.
4. Mereorganisasi pengalaman sebelumnya. Pepatah “pengalaman adalah guru yang berharga”
emang benar maknanya. Setiap orang pastinya memiliki pengalaman yang
berbeda-beda. Dan pengalaman menjadi sebuah guru kehidupan dalam menyelesaikan
suatu permasalahan. Dalam hal ini, saya cukup beruntung memiliki pengalaman
sebagai fasilitator outbound di
sebuah perusahaan yang bernama Medan Outbound. Ketika dalam suatu kegiatan yang
diadakan organisasi internal kampus, saya diminta untuk menjadi fasilitator
dalam acara tersebut. Dan berkat pengalaman yang saya miliki sebelumnya, saya
mampu melaksanakannya dengan baik. Sungguh, lagi-lagi pengalaman berbicara
disini. Emang benar apa yang dikatakan orang bijak, “selagi engkau muda,
carilah pengalaman yang sebanyak-banyaknya. Tidak ada jaminannya kalau kita
dapat memiliki pengalaman serupa di kala tua.”
5. Bertindak sebagai penjelasan atas suatu peristiwa. Dalam suatu diskusi (lagi-lagi diskusi) saya dan
beberapa teman sekelompok tentunya memiliki wawasan dan pengalaman yang berbeda-beda.
Sehingga ketika ada timbul masalah yang sulit diidentifikasi, salah seorang
teman menjelaskan permasalahan tersebut dengan wawasan dan pengalaman yang
dimilikinya. Sehingga dalam hal ini teman saya tersebut dapat dikatakan sebagai
orang yang menjelaskan suatu peristiwa.
Tugas II
Pada gambar 1.1 terdapat beberapa perspektif tentang
faktor-faktor utama dalam belajar seperti: perspektif behavioris, perspektif
kognitif, perspektif interaksionis, perkembangan interaksionis.
Perspektif behavioris ---- membahas tentang
pembelajaran yang berdasarkan stimulus-stimulus yang diberikan
Perspektif kognitif ---- membahas tentang cara
individu mengambil informasi dari lingkungan, dan kemudian memproses,
menyimpan, dan mengambil kembali informasi tersebut. Serta menjelaskan proses
kognitif yang kompleks yang dinamakan metakognisi.
Perspektif interaksionis ---- menjelaskan belajar
dari pengamatan perilaku orang lain
Perkembangan interaksionis ---- mendeskripsikan
perkembangan penalaran logis dari masa kanak-kanak sampai dewasa (Piaget). Juga
mendeskripsikan peran tanda dan simbol kultural dalam mengembangkan proses
kognitif yang lebih tinggi.
Apabila dikaitkan dengan pengalaman pada tugas I
maka:
1.
Pengalaman pada
poin pertama dapat dikaitkan dengan perspektif kognitif. Dimana pada saat
diskusi, kami (yang kontra) mengingat kembali informasi yang telah kami dapat
sebelumnya dalam mempertimbangkan lokasi riset yang relevan.
2.
Pengalaman pada
poin kedua dapat dikaitkan dengan perspektif behavioris dan perspektif interaksionis.
Hal ini terjadi karena adanya stimulus yang diberikan berupa tata cara
perekrutan periode kepengurusan sebelumnya. Sehingga dengan adanya stimulus ini
dapat mempermudah proses pemerekrutan pada calon anggota baru. Dan juga adanya
pengamatan pada organisasi lain dalam merekrut anggota baru. Sehingga dari hal
ini individu atau organisasi mengalami proses pembelajaran berdasarkan kedua
perspektif tersebut.
3.
Pengalaman pada
poin ketiga dikaitkan dengan perkembangan interaksionis. Dalam hal ini, sesuai
dengan teori Piaget, usia 20-40 tahun pikiran seseorang semakin rumit. Bisa dilihat
dari pengalaman pada poin ketiga tersebut bahwasanya saya dan beberapa teman
sekelompok berargumen tentang suatu hal yang konyol. Dimana kami berargumen
berdasarkan sudut pandang masing-masing dalam membahas suatu permasalahan yang
kebenarannya dapat ditanya langsung kepada dosen yang merupakan sumber
informasi. Tak perlu repot-repot berargumen tentang hal demikian. Hal ini
sesuai dengan perkembangan interaksionis, dalam hal ini teori Piaget. Andai saja
kami tak memiliki pemikiran yang rumit, tentu kami akan langsung bertanya
kepada dosen bersangkutan.
4.
Pengalaman pada
poin keempat berkaitan dengan perspektif kognitif. Dimana saya mengambil
informasi dari sebelumnya untuk diterapkan ketika dibutuhkan.
5.
Pengalaman pada
poin kelima juga berkaitan dengan perspektif kognitif. Dalam hal ini,
pengetahuan dan wawasan yang didapat pada sebelumnya diambil kembali dari long term memory untuk diaplikasikan.