Seragam Hijau = Uang Hijau ??
"Hati-hati kalau jumpa polisi. Nanti kita bisa ditilang. Minimal terkoreklah uang kita. Atau ditahannya STNK" Cerita seorang teman tentang pengalamannya ditilang polisi.
Tidak seperti biasa. Mentari pagi tampak buram bersembunyi dibalik awan. Tampak cuaca akan mendung. Ini pertanda harus bergegas menuju sekolah. Mandi, Sarapan, dilakukan tergesa-gesa. Demi satu tujuan: tidak kuyup oleh hujan. SIM ada, demikian STNK. Kaca spion juga ada. Tak ada yang perlu ditakutkan. Semuanya lengkap, batinku. Sejak diceritakan tentang tilang oleh seorang teman. Saya mulai memperhatikan kelengkapan sebelum berkendara.
Saya pamit, memohon restu pada orang tua. Lalu bergegas menuju sekolah. Kebetulan sekolah jaraknya tidak begitu jauh dari rumah. Hanya memakan waktu 20 menit.
5, 4, 3, tiang lalu lintas menunjukkan 5 detik terakhir sebelum lampu merah. Detik ke-3 saya sudah berada di garis zebra cross, tempat pejalan kaki boleh menyeberang. Sehingga dengan begini tidak melanggar lampu merah. Namun nasib berkata lain. Di depan sana, seorang polisi berseragam hijau sudah menanti dengan senyum getirnya.
"Pagi pak"
"Iya. Apa salah saya pak?"
"Iya. Apa salah saya pak?"
"Lihat lampu merah tidak?"
"Loh, bukankah saya masih hijau ketika lewat?"
"Loh, bukankah saya masih hijau ketika lewat?"
"Mau tengok buktinya?" Polisi itu menunjukkan lampu merah yang baru saja berjalan setelah detik terakhir lampu hijau berakhir.
Setelah debat cukup alot dan tidak ingin memperpanjang, pak polisi itu pun langsung mengutarakan misinya: meminta saya memberikan sejumlah uang agar bebas. Apa mau dikata. Saat ini situasi tak memihak kepada saya. 5 menit lagi jam bel sekolah akan bunyi. Dan tentu "sang penghukum" bersiap-siap menuju gerbang sekolah untuk menghukum kami yang terlambat.
Dengan sangat tidak ikhlas akhirnya saya menyerahkan sejumlah uang kepadanya sebagai kompensasi kebebasan. Lalu bergegas meninggalkannya yang terlihat bahagia atas keberhasilan misinya.
Begitulah, terkadang sebuah kejujuran bisa dimuslihat dengan argumen-argumen fasik. Sehingga dari kejadian ini saya mulai agak cemas ketika melihat ada orang yang memakai rompi berwarna hijau. Dengan demikian saya mulai was-was apabila ada orang dengan seragam hijau berada dijalanan. Termasuk tukang parkir yang sering menggunakan seragam berwarna hijau.
Pembahasan teori
Berdasarkan teori Gagne, terdapat 5 asumsi dasar kondisi belajar. Dua diantaranya adalah:
1. Belajar adalah faktor kausal penting dalam perkembangan individual. Dalam hal ini, cerita teman tentang tilang serta pengalaman pribadi dengan tilang, membuat saya mengetahui seluk beluk polisi. Hal ini merupakan hal yang berkembang bagi saya dalam berhadapan dengan polisi lalu lintas.
2. Banyak hasil belajar manusia digeneralisasikan ke berbagai macam. Dalam hal ini, saya selalu mengeneralisasikan hal-hal yang berseragam hijau adalah seorang polisi. Sehingga apabila berjumpa dengan seragam hijau, walau bukan polisi, saya pasti was-was. Inilah yang biasa disebut dengan mengeneralisasikan.
0 komentar:
Posting Komentar