Rabu, 26 September 2012

Tugas Psikologi Belajar: Pembahasan Berdasarkan Pengalaman Pribadi


Tugas I
1.      Sebagai kerangka riset. Dalam hal ini, pengalaman yang saya dapat berdasarkan teori ini adalah ketika dalam suatu diskusi pengerjaan tugas kelompok. Harus diakui menggabungkan beberapa pemikiran yang berbeda merupakan hal yang kompleks. Salah satu teman memiliki argumen yang berbeda dengan yang lainnya. Cara dia mempresentasikan pengetahuannya tentang lokasi riset yang dipilih sangat luar biasa. Beberapa teman kelompok manggut-manggut mendengar penjelasannya. Namun, tidak semua dari kami yang setuju dengan pendapatnya. Hal ini dikarenakan, sebagian dari kami yang kontra dengannya sudah paham betul tentang lokasi yang dibicarakannya. Sehingga kami sudah memiliki pandangan bahwasanya lokasi riset yang ditawarnya sangat tidak sesuai dengan tugas riset yang akan dikerjakan nantinya.
2.    Memberikan kerangka organisasi untuk item-item informasi. Dalam suatu perekrutan, setiap organisasi wajib melampirkan informasi mengenai departemen-departemen yang ada dalam suatu organisasi tersebut. Informasi yang disampaikan haruslah jelas dan spesifik. Sehingga bagi mereka yang ingin bergabung sudah menentukan departemen mana yang akan dipilihnya ketika berada di organisasi tersebut. FORMASI, sebagai salah satunya, juga membuat informasi tentang departemen yang dimiliki kepada mahasiswa-mahasiswa yang tertarik bergabung.
3.    Mengidentifikasi sifat dari peristiwa yang kompleks atau kabur. Dalam suatu diskusi, saya dan teman-teman sering berargumen tentang penjelasan salah seorang dosen yang  sedikit kurang jelas dalam penyampaiannya. Sehingga kami berargumen berdasarkan kesimpulan masing-masing. Tentu dalam hal ini, setiap orang memiliki pendapat yang berbeda dan tidak ada yang salah pastinya. Karena berdasarkan interpretasi masing-masing individu. Sehingga pada akhirnya kami mencapai kesepakatan untuk bertanya langsung kepada sumber informasi (dosen) mengenai hal tersebut.
4.   Mereorganisasi pengalaman sebelumnya. Pepatah “pengalaman adalah guru yang berharga” emang benar maknanya. Setiap orang pastinya memiliki pengalaman yang berbeda-beda. Dan pengalaman menjadi sebuah guru kehidupan dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Dalam hal ini, saya cukup beruntung memiliki pengalaman sebagai fasilitator outbound di sebuah perusahaan yang bernama Medan Outbound. Ketika dalam suatu kegiatan yang diadakan organisasi internal kampus, saya diminta untuk menjadi fasilitator dalam acara tersebut. Dan berkat pengalaman yang saya miliki sebelumnya, saya mampu melaksanakannya dengan baik. Sungguh, lagi-lagi pengalaman berbicara disini. Emang benar apa yang dikatakan orang bijak, “selagi engkau muda, carilah pengalaman yang sebanyak-banyaknya. Tidak ada jaminannya kalau kita dapat memiliki pengalaman serupa di kala tua.”
5.   Bertindak sebagai penjelasan atas suatu peristiwa. Dalam suatu diskusi (lagi-lagi diskusi) saya dan beberapa teman sekelompok tentunya memiliki wawasan dan pengalaman yang berbeda-beda. Sehingga ketika ada timbul masalah yang sulit diidentifikasi, salah seorang teman menjelaskan permasalahan tersebut dengan wawasan dan pengalaman yang dimilikinya. Sehingga dalam hal ini teman saya tersebut dapat dikatakan sebagai orang yang menjelaskan suatu peristiwa.

Tugas II
Pada gambar 1.1 terdapat beberapa perspektif tentang faktor-faktor utama dalam belajar seperti: perspektif behavioris, perspektif kognitif, perspektif interaksionis, perkembangan interaksionis.

Perspektif behavioris ---- membahas tentang pembelajaran yang berdasarkan stimulus-stimulus yang diberikan
Perspektif kognitif ---- membahas tentang cara individu mengambil informasi dari lingkungan, dan kemudian memproses, menyimpan, dan mengambil kembali informasi tersebut. Serta menjelaskan proses kognitif yang kompleks yang dinamakan metakognisi.
Perspektif interaksionis ---- menjelaskan belajar dari pengamatan perilaku orang lain
Perkembangan interaksionis ---- mendeskripsikan perkembangan penalaran logis dari masa kanak-kanak sampai dewasa (Piaget). Juga mendeskripsikan peran tanda dan simbol kultural dalam mengembangkan proses kognitif yang lebih tinggi.

Apabila dikaitkan dengan pengalaman pada tugas I maka:
1.      Pengalaman pada poin pertama dapat dikaitkan dengan perspektif kognitif. Dimana pada saat diskusi, kami (yang kontra) mengingat kembali informasi yang telah kami dapat sebelumnya dalam mempertimbangkan lokasi riset yang relevan.
2.      Pengalaman pada poin kedua dapat dikaitkan dengan perspektif behavioris dan perspektif interaksionis. Hal ini terjadi karena adanya stimulus yang diberikan berupa tata cara perekrutan periode kepengurusan sebelumnya. Sehingga dengan adanya stimulus ini dapat mempermudah proses pemerekrutan pada calon anggota baru. Dan juga adanya pengamatan pada organisasi lain dalam merekrut anggota baru. Sehingga dari hal ini individu atau organisasi mengalami proses pembelajaran berdasarkan kedua perspektif tersebut.
3.      Pengalaman pada poin ketiga dikaitkan dengan perkembangan interaksionis. Dalam hal ini, sesuai dengan teori Piaget, usia 20-40 tahun pikiran seseorang semakin rumit. Bisa dilihat dari pengalaman pada poin ketiga tersebut bahwasanya saya dan beberapa teman sekelompok berargumen tentang suatu hal yang konyol. Dimana kami berargumen berdasarkan sudut pandang masing-masing dalam membahas suatu permasalahan yang kebenarannya dapat ditanya langsung kepada dosen yang merupakan sumber informasi. Tak perlu repot-repot berargumen tentang hal demikian. Hal ini sesuai dengan perkembangan interaksionis, dalam hal ini teori Piaget. Andai saja kami tak memiliki pemikiran yang rumit, tentu kami akan langsung bertanya kepada dosen bersangkutan.
4.      Pengalaman pada poin keempat berkaitan dengan perspektif kognitif. Dimana saya mengambil informasi dari sebelumnya untuk diterapkan ketika dibutuhkan.
5.      Pengalaman pada poin kelima juga berkaitan dengan perspektif kognitif. Dalam hal ini, pengetahuan dan wawasan yang didapat pada sebelumnya diambil kembali dari long term memory untuk diaplikasikan.

0 komentar: